.

.

Sahabat Sejati; Keluarga Kedua-Ku

Pada realita kehidupan ini, selain keluarga utama yang kita miliki. Ada kedudukan yang istimewa dalam hati kita yang kita berikan kepada orang tertentu yang kita anggap lebih dibandingkan orang umum lainnya. Kedudukan tersebut ialah sahabat dekat. Mereka lah orang lain yang tidak memiliki ikata hubungan layaknya keluarga, namun mereka kita anggap istimewa dan kita menyayanginya serta memberikan hak lebih dibandingkan orang lain. Ya mereka lah teman bukan sekedar teman kita, atau kita sering menyebutnya Sahabat Sejati.

Persoalan pertemanan bukan semata-mata soal rasa Like or Dislike pada seseorang yang kita jadikan sebagai seorang teman bahkan sahabat, bukan juga persoalan ketepatan selera kita dalam memilih teman, tetapi persoalan pertemanan sangatlah dianggap penting karena bagian dari penentuan hidup kita. Teman adalah pintu penunjuk arah akan dibawa kemana hidup kita. Menjadi orang terhormatkah kita atau menjadi orang yang terhinakan. Banyak orang yang mendapat kemulyaan karena temannya, tapi tidak sedikit pula orang yang jatuh tersungkur dalam kehinaan akibat ia salah memilih teman.

Soal pilih memilih teman bukanlah perkara kita mendeskriminasi orang lain atau bermaksud membeda-bedakan orang lain, hanya saja memilih teman merupakan hal yang harus kita perhatikan demi kebahagian serta keselamatan kita. Sebagaimana hal ini sesuai nasehat Rasulullah saw yang berkenaan dengan teman. Beliau mengatakan: seseorang itu dilihat dari siapa temannya dan bagaimana perilaku temannya. Seseorang yang bergaul dengan orang-orang mulya maka ia juga akan dinilai seperti temannya itu yaitu sebagai orang mulya sedangkan sebaliknya orang yang bergaul dengan buruk akhlaknya maka dia akan dinilai berperilaku buruk pula. Seperti sabdanya yang berbunyi:

Abu Musa r.a memberitahukan, Rasulullah saw bersabda:"Perumpamaan berkawan dengan orang baik dan berkawan dengan orang jahat, tak ubahnya seperti berkawan dengan penjual parfum dan tukang tiup api di bengkel tukang besi. Apabila berkawan dengan penjual parfum adakalanya engkau diolesi parfum atau membelinya. Atau paling tidak engkau dapat mencium bau harumnya. Jika engkau berkawan dengan peniup api di bengkel las tukang besi, pakaianmu bisa terbakar, atau setidaknya kamu dapat mencium bau busuknya." (HR. Muslim)

Hadist tersebut tentu mengajarkan kita akan pentingnya pengaruh teman dekat kita. Baik buruknya kita juga dipengaruhi baik buruknya mereka, teman-teman kita. Tanpa diminta pun orang lain akan menilai diri kita berdasarkan penilaian mereka terhadap teman-teman kita. Rasulullah saw juga bersabda:

"Seseorang bisa terpengaruh oleh agama teman karibnya. Oleh sebab itu perhatikanlah dengan siapa kalian bergaul." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi) 

Namun yang harus juga kita perhatikan, teman bukan saja untuk kesenangan semata-mata. Pertemanan yang kita jalin haruslah kita jadikan sebagai sarana untuk meraih kebahagiaan haqiqi. Bagaimana dan siapapun pilihan kita, merupakan pilihan kita secara sadar dalam bentuk kebebasan kita sebagai manusia yang bebas dan merdeka, hanya saja pertimbangkan pilihan tersebut karena kita sadari bahwa pilian tersebut memberikan akibat dalam hidup kita. Jika kita hendak mendapat kehidupan yang bermanfaat maka bertemanlah dengan mereka-mereka orang yang senantiasa bermanfaat pula atau sebaliknya jika kita menghendai kehidupan yang jauh dari kebermanfaatan maka bertemanlah dengan mereka-mereka yang dianggap sudah menjadi sampah dalam masyarakat.

Baca selanjutnya, Entri: Memilih Sahabat Sejati, Bagaimana?

0 Tanggapan untuk "Sahabat Sejati; Keluarga Kedua-Ku"

Post a Comment